Jalan Lain ke Syurga adalah Menjadi Ibu

Rabu, 29 Oktober 2014

Demam Upin & Ipin


Selain menjadi ibu rumah tangga, saat ini saya sedang mencoba profesi baru, yakni Pengamat Kartun Malaysia. Karena seringnya mendampingi anak-anak menonton film kesukaan mereka, maka saya jadi tahu pula siapa itu Upin & Ipin, Ara, Aris, bahkan sekarang yang sedang digandrungi ialah Boboi Boy. Saking seringnya menonton Upin & Ipin (bagaimana tidak sering jika U&I ditayangkan 3 kali sehari?), maka anak saya pun dengan mudah memahami bahasa Malaysia ala tokoh kesayangan mereka. Lalu bisa mempraktikkannya sendiri dalam kegiatan mereka. Misalnya ketika si adik sedang asyik bermain, kemudian kakaknya datang mengganggu, maka spontan si adik (2,4th) berkata "Jangan kacau lah..." Ha..ha... demam kartun Malaysia ini membuat anak-anak menguasai satu bahasa lagi selain bahasa ibunya. 
Saya sebagai ibu tidak melarang apa yang mereka suka selagi itu tidak membawa kepada hal-hal yang negatif. Bahkan menurut saya, tokoh-tokoh kartun Malaysia bisa saya ambil banyak hal positifnya. Misalnya ketika mereka sedang bertengkar, saya hadapkan kepada sosok Upin & Ipin yang tidak pernah bertengkar. Bahkan ketika suatu saat Ipin pernah berlaku pelit terhadap Upin, Upin tidak marah dan tetap membantu Ipin yang saat itu sedang patah kaki.
Setelah Upin & Ipin, makin banyak kartun Malaysia yang ditampilkan oleh TV, misalnya seperti Pada Zaman Dahulu dan Boboi Boy. Sejauh ini masih baik-baik saja ditonton oleh anak-anak. Saya hanya berharap para pengusaha TV semakin sadar untuk menghadirkan yang baik-baik untuk anak. Semoga pula kartunis Indonesia ketularan semangat idealis tersebut.

Dari seorang saudara yang baru pulang dari Malaysia, saya mendapat kabar bahwa kartunis Indonesialah di balik pembuatan Upin & Ipin. Orang Medan, katanya. Karena idenya tidak laku di Indonesia, maka ia jual ke Malaysia. Terlepas dari benar atau tidaknya berita tersebut, saya yakin kartunis Indonesia lama-lama akan tertular idealisme untuk membuat kartun yang lebih baik dari sekedar gaya Tom & Jarry, yang tiap harinya hanya bergelut... saja. Buktinya telah hadir si Entong kartun, Adit dan Sopo Jarwo, dan masih banyak lagi kartun buatan negeri sendiri. Tapi mungkin bobotnya saja yang perlu ditambahi. PR besar buat kartunis Indonesia adalah bagaimana membuat kartun yang penayangannya ditunggu anak-anak, karakternya terekam di benak anak-anak, dan gayanya membawa dampak positif bagi keidupan anak-anak. Cayo kartunis Indonesia!