Selain menjadi ibu
rumah tangga, saat ini saya sedang mencoba profesi baru, yakni Pengamat Kartun
Malaysia. Karena seringnya mendampingi anak-anak menonton film kesukaan mereka,
maka saya jadi tahu pula siapa itu Upin & Ipin, Ara, Aris, bahkan sekarang
yang sedang digandrungi ialah Boboi Boy. Saking seringnya menonton Upin &
Ipin (bagaimana tidak sering jika U&I ditayangkan 3 kali sehari?), maka
anak saya pun dengan mudah memahami bahasa Malaysia ala tokoh kesayangan
mereka. Lalu bisa mempraktikkannya sendiri dalam kegiatan mereka. Misalnya
ketika si adik sedang asyik bermain, kemudian kakaknya datang mengganggu, maka
spontan si adik (2,4th) berkata "Jangan kacau lah..." Ha..ha... demam kartun Malaysia ini membuat anak-anak menguasai satu bahasa lagi selain bahasa ibunya.
Saya sebagai ibu
tidak melarang apa yang mereka suka selagi itu tidak membawa kepada hal-hal
yang negatif. Bahkan menurut saya, tokoh-tokoh kartun Malaysia bisa saya ambil
banyak hal positifnya. Misalnya ketika mereka sedang bertengkar, saya hadapkan
kepada sosok Upin & Ipin yang tidak pernah bertengkar. Bahkan ketika suatu
saat Ipin pernah berlaku pelit terhadap Upin, Upin tidak marah dan tetap
membantu Ipin yang saat itu sedang patah kaki.
Setelah Upin &
Ipin, makin banyak kartun Malaysia yang ditampilkan oleh TV, misalnya seperti
Pada Zaman Dahulu dan Boboi Boy. Sejauh ini masih baik-baik saja ditonton oleh
anak-anak. Saya hanya berharap para pengusaha TV semakin sadar untuk
menghadirkan yang baik-baik untuk anak. Semoga pula kartunis Indonesia ketularan
semangat idealis tersebut.
Dari seorang saudara
yang baru pulang dari Malaysia, saya mendapat kabar bahwa kartunis Indonesialah
di balik pembuatan Upin & Ipin. Orang Medan, katanya. Karena idenya tidak
laku di Indonesia, maka ia jual ke Malaysia. Terlepas dari benar atau tidaknya
berita tersebut, saya yakin kartunis Indonesia lama-lama akan tertular
idealisme untuk membuat kartun yang lebih baik dari sekedar gaya Tom &
Jarry, yang tiap harinya hanya bergelut... saja. Buktinya telah hadir si Entong
kartun, Adit dan Sopo Jarwo, dan masih banyak lagi kartun buatan negeri
sendiri. Tapi mungkin bobotnya saja yang perlu ditambahi. PR besar buat
kartunis Indonesia adalah bagaimana membuat kartun yang penayangannya ditunggu
anak-anak, karakternya terekam di benak anak-anak, dan gayanya membawa dampak
positif bagi keidupan anak-anak. Cayo kartunis Indonesia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar